Tuesday, March 17, 2009

Sebuah Ketulusan (Namanya Om Martin), 13 Nov 2008

Di mulut jalan Giri Kencana, setiap pagi hingga siang hari, di situlah dia mencari nafkah dengan berjualan koran dan majalah, meski konon katanya ia seorang sarjana. Di jakarta hidup sebatang kara, tanpa sanak dan saudara. Menurut cerita dari orang, dia berasal dari pulau sebrang. Entah dari wilayah indonesia barat atau timur.
Tidak jelas.
Tapi kegigihannya dalam bertahan hidup di jakarta patut di acungi jempol. Dan banyak sisi baik dari dirinya yang patut jadi cerminan bagi siapapun.
Lapak korannya pun tak mesti harus ia tongkrongi setiap saat. Sebab Anak2x STM dan mungkin anak2x muda yang kadang suka ikut nongkrong di lapaknya kadang juga membantunya berjualan.
Rutinitasnya di pagi hari, setelah ia selesai menata dagangannya adalah mengantar koran ke langganannya dengan berjalan kaki kemudian menyapu jalan di sekitar lapaknya hingga beberapa meter dari situ. Dan ia akan dengan sigap membantu anak-anak yang akan menyebrang. Semua ia lakukan tanpa pamrih.
Ada rasa haru, saat ia menyebrangkan anak-anak, kemudian mereka sambil berlari berteriak mengucapkan kata, “terimakasihhhh..........om Martin....”
Keramahannya pun patut di acungi jempol, meski wajahnya agak seram tetapi tak pernah membuat anak-anak takut. Tak terkecuali anakku. Di manapun bertemu dengan om Martin, pasti mereka saling menyapa. Padahal anakku baru berusia 4 tahun.
Sebuah keramahan dan persahabatan yang manis serta tulus, dimana tidak setiap orang dewasa mampu melakukannya.
Hal yang sebelumnya mungkin tak sempat terfikirkan oleh orang dewasa, sebuah "KETULUSAN". Andai setiap orang memilikinya...........

No comments: